Minggu, 21 Februari 2010

Selang Tiga Puluh Menit

untukmu,
yang telah mengakhiri mimpi indahku
yang telah membangunkanku dari tidur panjangku
aku menantang rintang
menembus aral
dan berlari sekencang-kencangnya
kan kutolak semua cinta yang akan datang
dari kebuntuan yang kuharap sementara ini

barangkali bukan takdirku
untuk terus membelai lembut jemarimu
barangkali bukan milikku
berbagi mimpi bersamamu
namun kau terlanjur sejatiku dalam mengarungi hari

aku tak kuasa lagi
meredam keperitan yang menghunjam
memendam semacam kepedihan yang mendalam
aku bisa mengerti, bisa memahami banyak kenistaan
kadang sudah baik tapi belum benar
bukan sekedar tulisan-tulisan
untuk lalui beragam kenyataan

aku terbiasa merasakan kepedihan sejenak
keperitan, juga keresahan
tapi aku tak pahami penting artimu bagiku
aku tak pedulikan saat-saat tertentu
senyatanya aku hanya berteriak lantang
dengan keegoanku sendiri

selang tiga puluh menit saja
kini aku pahami
aku mengerti apa yang telah terjadi
bahwa takdir bukanlah kejadian
melainkan suatu keadaan
di mana ada yang menentukan
dan ada yang ditentukan
aku dan kau kini di dalamnya
sebuah tragedi asmara
antara nurani dan kata

21 Februari 2010

0 komentar:

Posting Komentar