Rabu, 24 Maret 2010

Di Ujung Pertemuan

akhirnya kita sampai jua pada ujung pertemuan
di antara rasa takut, hening dan dingin
aku mencoba menyatu diri denganmu
jiwa-jiwa berbisik dalam gelora
cahaya wajahmu yang biasanya berpijar di mataku, pesonanya meredup
meninggalkan tetes-tetes embun yang berubah hangat
pergi ke hati yang lain
sedang aku, hanya menyendiri dalam ruang hampa tertutupi salju
ditemani irama dari sisa-sisa cintamu
terhempaskan

bukan itu saja
di ujung pertemuan kita
katamu, kau telah hidupkan dirinya dalam jiwamu
dan kataku, kau ternyata sama dengan kau yang lain
yang mampir ke dalam hatiku ini
hanya untuk menikmati puisi-puisiku sebelum pergi
lantas dengan tiba-tiba
kita telah bergenggaman tangan
untuk sama-sama menghampiri perpisahan
aku mengerti apa yang sedang terjadi dalam jiwa
air matanya meleleh sepanjang aliran darah
tak mampu menahan luka mengoyak batin

seketika jua nadiku remuk redam
aku tak mampu lagi melihat apa-apa
aku tak mengerti ada apa dengan dunia
aku tak tahu lagi apa yang kuinginkan
saat kuulurkan tanganku menyentuhmu
aku menatap wajahmu hampa
aku inginkan sebuah kecupan
yang akan membantuku lupa apa yang telah terjadi di sini
tapi kau diam
tak lama berubah menjadi kabut putih
kau menghilang
tubuhku semakin dingin
dingin yang mungkin akan abadi

hidupku layu dan hancur
sebilah luka menggores jiwa, menyambar-nyambar
sedang aku tanpa daya
cinta ini...
kenapa hanya aku yang duduk setia di bawahnya
menatapi elegi
aku memang tak pantas memiliki siapa-siapa
bahkan setelah ujung pertemuan ini...

24 Maret 2010

0 komentar:

Posting Komentar