Rabu, 09 Juni 2010

Nadia, Antara Tangerang dan Karawang

ada perempuan dalam gelapnya cakrawala malam
berwajah suram
terbias penerang tiang-tiang jalan
tapi tak tampak ada kesedihan
apa karena keterbatasan penglihatan
sebab ternyata ia masih bisa tersenyum riang?

ada perempuan dalam sekali pandang
menyandar di tempat duduk sebelah kanan
dalam remang perjalanan malam
pandanganku tetap memajang
menghias mataku dengan lelehan bayang-bayang
dengan kata yang tak pernah lengang

kuulurkan separuh tangan
berharap akan ada perkenalan
jiwaku terlanjur terpesona
sepasang mataku tak jua mampu memejam
meski berbaur kelamnya malam

di kota besar seperti ini
teramat jarang yang bisa aku temukan
tentang perempuan belia melebarkan kerudungnya
inilah sebenar-benarnya mahkota
begitu indah menghias wajah secantik nadia

dewi nadia bila amara kumara sanie
ia mengenalkan namanya tanpa sisa
tak sempat kucatat, namun kuingat
tak sulit melihat merah rona wajahnya yang menggoda
lalu kubalas menyebut namaku seadanya

sementara dalam sapa
telingaku tak pernah mendengar kata-katanya
hanya kurasa, kesejukan suaranya sesemilir angin menyentuh jendela-jendela jiwa
tak dapat kuraba apa pun di dalamnya
sungguh, kebekuan yang begitu lekas tercairkan

tapi sayang,
aku harus meninggalkannya lebih segera
tapi kubawa bias-bias wajahnya, tak sengaja
wajah yang memang tak mudah dilupa
atau ia yang telah sengaja menitipkan nama untuk kujaga
antara semburat cahaya dan gelapnya cakrawala
atau antara tangerang dan karawang setidaknya

entahlah...
yang pasti hatiku berbunga

09 Juni 2010

0 komentar:

Posting Komentar