Kamis, 23 September 2010

Mungkin


-just for my jasmine

mungkin,
kau tak pernah tahu bagaimana kau telah membuatku begitu dalam merasakan kembali rindu ini akan dirimu, mungkin juga kau tak pernah tahu bahwa pada setiap pagi yang membeku, saat aku bisa merasakan hawa dingin itu di sekujur ragaku, tubuhmu tetap menawarkan kehangatan yang telah lama kudambakan dan telah lupa tak kubayangkan, kehangatan yang dulu kurasakan begitu putih dan lembut, sehingga saat matahari akan menyeretku, aku telah lebih dulu merasakan hangatmu, lalu aku tetap meleleh menyatu dengan segenap kehangatanmu

itu baru sebagian

sejujurnya, kau membuatku merasakan takut yang begitu dalam, sungguh, kau sepertinya sudah sangat mengalami dan menyadari apa-apa yang pernah kau lalui dulu bersamaku, kepahitan yang kini kubayangkan begitu luar biasa, membuatmu terkulai dalam ruang besar dan gelap, tanpa peduliku, dan saat aku kembali seperti pada awal aku mengenalmu, kau tetap seperti dulu, mesra menyambutku, inilah sebuah ketakutan yang mendalam akan kehilanganmu

mungkin,
tanpaku kau selalu bisa melakukan hal-hal yang selalu bisa membuat bungamu selalu tersenyum, merekah indah, namun tanpamu, aku tak akan pernah bisa sepertimu, harum bungamulah yang kini selalu kuhirup pada setiap waktu-waktuku, kelopakmu memancarkan seberkas cahaya untuk jalanku, meski tidak terlalu banyak ruang yang tersinari, namun setidaknya kau telah cukup membantuku melihat indahnya siluet-siluet kehidupan di masa depan, memapahku untuk tetap berdiri dan berjalan, menemaniku untuk sekadar membuatku tak lagi merasakan kesendirian

mungkin,
aku sudah begitu terbiasa dengan kesendirian ini, hingga aku sendiri tak pernah sedikit pun merasa bosan, karena aku tahu dalam kesendirianku selalu ada bayangmu, mungkin kau tak pernah mampu melihatku, tapi aku selalu bisa tersenyum saat melihat bayangmu selalu menemani malam-malamku, kadang-kadang aku dengan sengaja pejamkan mata dan menutupi pandanganku saat bayangmu datang, sekadar ingin tahu apakah itu benar-benar dirimu, aku sudah tak lagi terlalu peduli siapa yang kini tengah memelukmu

mungkin,
kini aku tak perlu lagi merasakan ketakutan akan kehilanganmu, aku selalu menanamkan kepercayaan dalam diriku bahwa kau akan selalu ada menemani langkah-langkah perjalananku, sampai kita telah merasa begitu sanggup mengakui perasaan satu sama lain, tak ada pilihan lain lagi kecuali membiarkan cinta datang mengaliri jiwa-jiwa kita dengan sendirinya, sambil diiringi nada-nada indah asmara dari lentik jemari yang tak pernah lelah melukisi hari dengan puisi, dengan aliran kata-kata yang tak pernah mengering, sampai kapan pun...

-with all love

23 September 2010

0 komentar:

Posting Komentar