Selasa, 30 November 2010

Sebuah Epilog

apa yang istimewa dari rindu yang mengalir memenuh seisi jiwa?
entah, barangkali sebuah jejak langkah yang mengukir hari demi hari, yang terus saja menghias warna kehidupan ini

kepada malam yang sayup-sayup merdu begini, sepantasnya kita bersyukur, dapat kembali memetik dawai-dawai senja, satu kisah klasik yang pernah kubawa dari semarang, 13 november 2010 silam

semarang oh semarang.....
kotamu kembalikan lagi senyumku, keramahanmu mengisi damai jiwa, november bersemi tiada tara, mencipta kerinduan saat hampa mulai bertahta pada malam perpisahan, sementara hingga aku menemu kembali malam tersunyi, malam yang penuh dengan lagu-lagu sepi, saat aku mencoba melanjutkan kembali sebuah puisi yang tak jadi, tentang mencari cinta sejati, sebuah sajak cinta bunga melati

kini, dalam lamunan terhenti, saat menanti kepulanganmu (kembali), aku melihat semuanya seperti telah berubah, kau ini bagaimana atau aku harus bagaimana

namun tetap ada yang kutulis pada kertas putih ini, tulisan tentang kata-kata yang terlantar, sampai rindu mengalir kembali penuh getar debar, sampai pada akhirnya kau akan datang lagi, membuat hari ini indah, menjadikan cinta sebagai satu harga mati untuk kita, penuh mesra, sambil mendengarkan cerita tentang sebuah surat dari iblis, berdua, sampai saatnya tiba

sebuah epilog by Cha'unk El Fakir

30 November 2010

0 komentar:

Posting Komentar