Jumat, 31 Desember 2010

Sabda Sepotong Jiwa


kala aku merasa telah separuh berhasil melewati masa-masa kritis hidupku, terbersit niat untuk menutup tahun dengan menulis sebuah tulisan pendek, tanpa ragu lagi, aku mencoba mewujudkannya melalui Sabda Sepotong Jiwa, namun sepertinya, ini hanya catatan tanpa makna, hanya secuil kisah yang merujuk pada tulisan-tulisan yang pernah kusimpan di sini, dengan sedikit dihiasi puisi-puisi kenangan sepanjang bergulirnya tahun ini

bersamaan dengan berjalannya waktu, semuanya akan menjadi pengalaman yang mengesankan, mengajariku akan arti hidup yang sesungguhnya, mengalir apa adanya, berdamai dengan keadaan, mantapkan hati dengan pasti, menuju tahun baru dengan jutaan mimpi, meski di sisi lain, jutaan hampa bermain-main dalam benak jiwa ini

JANUARI

entah untuk kali ke berapa, tahun akan kembali berganti, 2010 telah akan menggugurkan daun-daunnya, banyak jejak kupijak, langkah demi langkah menuntun hingga menemui ujungnya, bahkan kurasa, semuanya berjalan dengan penuh tergesa-gesa, banyak warna terlukis, banyak kisah yang tumpah menghias sepanjang tahun ini, suka dan duka, menggenang hiruk pikuk perasaan, namun sayang, aku telah banyak kehilangan puisi-puisiku di awal tahun, tampaknya terlalu sulit bagiku untuk dapat menemukannya kembali, hanya saja kuberharap selalu, semuanya tetap abadi menghias indah kehidupan ini


FEBRUARI

aku adalah aku, ego yang tak akan mampu kubahasakan sebagai sesuatu, yang pada titik lain tak akan ada yang dapat memberi nilai yang sesungguhnya atas sesuatu yang telah terjadi padaku, pun yang akan terjadi nanti

tapi rupanya penderitaanku baru dimulai di bulan ini, bulan yang selama ini selalu kuanggap sebagai bulan paling manis, dan itu terjadi tanpa pernah aku sadari sebelumnya, mungkin selang tiga puluh menit saja, aku harus memaksa diriku sendiri untuk mampu berucap selamat jalan, aku memang terlambat membaca, namun setelah kutahu kau tak harapkan aku lagi, kusadari kau telah benar-benar pergi

MARET

beruntung setelah kejadian itu, aku menemukan sahabat impianku, yang kubayangkan kehadirannya sebagai sebuah keajaiban bagiku, aku menangis di ujung pertemuan, dan karenanya aku makin sering berbicara dengan hatiku sendiri, memohon bahwa aku hanya ingin satu hari lagi denganmu


kalau saja aku masih bisa bersamamu, sekedar untuk melihat senyum indahmu, namun sepertinya semua telah tak berharga sama sekali, aku hanya ingin sedikit bercerita tentang kita, karena kurasa itu bisa benar-benar melekat dalam kenanganku, aku dan tiga sahabatku

APRIL

menyambut april, aku mencoba membangun sebuah harapan, di sinilah pertama kali aku menyimpan tulisan-tulisan dan puisi-puisi kenanganku di blog, biasa-biasa saja, hanya bermula karena aku tak ingin kehilangan puisi-puisiku lebih banyak lagi, kebetulan aku sedang tidak ingin bercinta lagi

putih hitam gambaran lalu kujadikan pengalaman, biarkanlah ia berlalu, berpalinglah..., dengan menautkan puisi-puisiku di sini, aku seperti dituntun untuk menemukan setitik harap di jalan gelap, sebelumnya aku tak tahu ke mana mesti melangkah, namun di ujung perjalanan, tekadku, teruslah berpuisi, dan tersenyumlah...


MEI

setelah detik yang harus kusudahi terlewati, sebuah harapan tumbuh, aku pergi meninggalkan kampang halaman, sebelum bunga-bunga berguguran, perjalanan ini memang tak pernah menjadi sempurna, namun inilah yang semestinya kulakukan, andai pintaku tak berlebihan, kumohon terimalah seikat kata maafku, untuk terus kulanjutkan merajut mimpi-mimpi

kelak,
bila pelayaranku tiba, pintaku, biarkan sajak-sajakku yang bicara, bicara tentang sebilah hati, juga tentang sebuah kerinduan, karena seharusnya aku tak merasakan kehilangan, meskipun dingin dalam kisah, namun kemudian aku terlalu cepat terjatuh dalam cinta, dari rindu yang terbaring di ranjang tidurku

dan untuk perempuan samar, tetaplah menjadi cahayaku, sedang senyummu di pelupuk mataku menjadi cahayamu, amor vincit omnia

JUNI

resah dan gelisah, setengah jalanku di luar kota seperti tak menemui kepastian, padahal semuanya telah aku lakukan, tapi mungkin terlalu terburu-buru aku menginginkan seorang gadis, saat mengeja rindu di jelang fajar, rindu tanpa nama, dalam puisi sepi yang hampir mati di awal hari, lantas kutulis sajak sebongkah rindu, dari hembusan rindu di keheningan malam, sepucuk rinduku di sepanjang jalanku...

JULI

seberapa lama lagi aku menjemput mimpi, semuanya seperti tiada guna lagi, jiwa meragu, hati diguncang bimbang, setelah kutemukan rindu kembali, rindu di celah waktu, rindu yang pernah menjadi kasidah di padang tandus, rindu yang belum jua habis

mahadewi,
kurenung dalam hening, masihkah kau rasakan rinduku memanggil-manggil namamu, sedang aku, di tempat yang lain, selalu, bayang wajahmu di pelupuk mataku, aku rindu...

AGUSTUS

buat melati,
bunga terindah yang pernah menghiasi hampir separuh usiaku, aku ingin menulis rindu yang lebih indah untukmu, sebagai kasidah rindu, karena aku butuh hangatmu malam ini, aku ingin menciummu bunga...

jasmine oh jasmine, dalam meniti hari, kusempatkan diri untuk terus menulisi sajak sajak kenangan, untuk kujadikan lagu di sudut kamar, menemaniku di hening malam, karena itu aku terus saja berpuisi...


SEPTEMBER

september mengalir, awalnya mungkin pertanda satu tangga pendewasaan, bukankah
telah kutemukan diriku kembali, aku dalam kata-kata, dan sesaat lagi, sebelum malam terakhir, akan kunyatakan sabda jiwaku yang terlahir dari hati, bahwa aku takkan pernah menyerah, dengan mimpi yang mungkin bisa dikatakan jauh, terlalu jauh bahkan

aku sedikit tahu, bila kekalahan adalah awal yang mutlak, maka keberhasilan harus menjadi akhir yang mutlak pula, katakan padaku siapa yang meragukan itu

OKTOBER

di sinilah aku semakin tegar berdiri, semua yang tampak tak bermakna dalam kisah yang terbaca, kubuang jauh-jauh, tentu saja tanpa sisa, sebab aku tak ingin cinta tersia kembali, namun sebaliknya, kuingin cinta tak sebatas kata

kau,
menghias oktober ini menjadi oktober terindahku, setia temani hari demi hari, bersama memandang hujan dalam kerinduan, kala hujan di sela senja, dan kala tiba malam, kita telah berada dalam pelukan melati

NOVEMBER

selepas oktober pergi, november bersemi, ia datang lagi, sementara aku telah terlalu banyak menghabiskan waktu dengan kata-kata, kepada malam, saat malam tersunyi, sebuah lamunan terhenti, aku selalu menyanyikan lagu sepi sebagai warna kehidupan malam-malamku, barangkali sebuah sajak cinta bunga melati, atau mungkin sebuah epilog kecil dari puisi yang tak jadi, tapi entah

terus terang, kini jiwaku begitu damai, dari jejak langkah kerinduan dawai-dawai senja...

DESEMBER

tak terasa langkah kita telah menjejak masa lalu, saat desember melaju, tak ada kalut walau sejenak dalam hening, telah aku sadari pada setiap detik yang berlalu, pasti akan selalu ada yang datang dan menghilang dalam catatan malam, yang bisa menjadi sebuah tangisan pagi, atau sebuah elegi

bunga,
maaf bila harus melupakanmu, suatu saat nanti, aku pasti kembali...

31 Desember 2010

lambaian tangan temani pijak langkah kaki
peluk erat jiwa mendekap segenap asa
tahun yang lalu adalah kenangan
tahun yang baru adalah harapan


(Cha'unk El Fakir)

0 komentar:

Posting Komentar