Jumat, 22 Agustus 2008

Haruskah Kukejar Senyummu

malam ini jualah yang merangkulmu
sebab matamu sayup begitu jauh
barangkali, menghuni tebing-tebing kenangan
barangkali pula, malam tak lagi sedekat sorot purnama itu
bukankah rebah pohon rinduku senantiasa memelukmu?

jika kita ternyata pertemuan demi pertemuan
bagaimana mesti kutangkap angin yang menabur rindu ke lembar kerudungmu
adakah yang lebih dari itu, dari senyummu
dari kenangan dan puisi kita yang senyawa?

kita di sini,
di masing-masing kota yang riuh penuh gemuruh
menulis mimpi dengan harapan sepenuh
membangun rindu demi rindu yang menderu

lihatlah dinda, aku menunggu
haruskah kukejar senyummu
yang bergelombang bagai ombak samudera
namun menyerpih lembut bersama gerimis?

kita, ternyata memang hanya pertemuan demi pertemuan
hingga separuh malam selalu saja jadi terbayang di pikiran kita
dan aku, telah dekat kini di wajahmu
terlebih lagi engkau
tapi biarlah, aku lebih mendamba pagi hari
sebuah kesejukan suasana dengan secangkir kopi
sebab kutahu, pertemuan takkan pernah jadi sempurna untuk kita
kecuali dalam kenangan

22 Agustus 2008

0 komentar:

Posting Komentar